resume day 2

 


Perguruan Tinggi di Era Digital dan Revolusi Industri 

 Kelebihan AI di Perguruan Tinggi 

AI mampu meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi tugas administratif, sehingga dosen bisa lebih fokus pada kegiatan inti. Selain itu, AI mendukung personalisasi pembelajaran dengan menyesuaikan materi sesuai kebutuhan mahasiswa. Dari sisi analisis data, AI membantu dosen memahami kemampuan mahasiswa secara lebih akurat. AI juga mendukung pengembangan konten pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif.

Kekurangan AI di Perguruan Tinggi

Namun, penggunaan AI juga memiliki kelemahan. Ketergantungan yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa. Interaksi langsung dengan dosen juga berkurang, sehingga mahasiswa kehilangan kesempatan belajar dari pengalaman dan pengetahuan manusia. Selain itu, muncul potensi masalah etika seperti penyalahgunaan data atau kecurangan akademik. AI juga masih terbatas dalam memahami konteks dan nuansa bahasa, sehingga rawan menghasilkan kesalahan.

Prinsip 5A dalam Pemanfaatan AI

Perguruan tinggi perlu mempertimbangkan prinsip 5A: Adab, Akses, Amanah Data, Akurasi, dan Akuntabilitas. Menggunakan AI sama halnya dengan menitipkan data, sehingga penting untuk berhati-hati. Memahami kelebihan dan kelemahan AI sangat berpengaruh terhadap cara mahasiswa belajar dan berkembang.

Mahasiswa UNUSA sebagai generasi Aswaja An-Nahdliyah 

Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) diposisikan sebagai penerus tradisi keilmuan dan keagamaan Aswaja An-Nahdliyah, yakni paham keislaman yang berpijak pada Al-Qur’an, Hadis, ijma’, qiyas, serta corak NU yang menekankan tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan ishlah (kemaslahatan).

Sebagai generasi Aswaja, mahasiswa UNUSA berperan dalam beberapa aspek penting:

1. Penjaga Tradisi Keilmuan

Mahasiswa diarahkan memahami dan mengamalkan khasanah keilmuan NU, seperti kajian kitab klasik (Ta’limul Muta’allim, Fathul Qorib) dengan pendekatan kontekstual.

2. Agen Moderasi Beragama

Mereka dipersiapkan menjadi pelopor toleransi, menolak radikalisme, membangun dialog lintas agama, serta menyebarkan Islam rahmatan lil ‘alamin.

3. Pejuang Kemaslahatan Sosial

Mahasiswa UNUSA diharapkan aktif dalam pemberdayaan masyarakat, advokasi isu kemanusiaan, serta kegiatan sosial berbasis NU.

4. Inovator dalam Tradisi

Nilai Aswaja diadaptasi dalam konteks modern, misalnya pengembangan teknologi Islami, melawan hoaks dan radikalisme digital, hingga mengangkat budaya lokal sebagai sarana dakwah.

Implementasi nilai ini nyata di kampus melalui kurikulum wajib (PAI, Ke-NU-an, Aswaja), kegiatan keagamaan (majelis taklim, UKM Islam, PMII, IPNU/IPPNU), serta kolaborasi dengan NU dalam berbagai agenda sosial dan budaya.

Namun, generasi ini juga menghadapi tantangan globalisasi, arus radikalisme transnasional, serta disrupsi digital. Oleh karena itu, mahasiswa UNUSA dituntut membuktikan bahwa Aswaja relevan sebagai solusi bagi masalah kontemporer, bukan sekadar warisan.

Kesimpulan: Mahasiswa UNUSA adalah generasi harapan NU—penjaga tradisi sekaligus pembaharu yang membawa nilai moderat, toleran, dan maslahah untuk menjawab tantangan zaman. Mereka menjadi jembatan antara warisan ulama Nusantara dengan masa depan Indonesia yang berkeadilan dan berkepribadian Islam.

Generasi Muda Berintegritas Anti Korupsi 

Korupsi merusak bangsa dan kepercayaan rakyat, sehingga melawannya adalah tanggung jawab semua, terutama generasi muda. Sebagai pemimpin masa depan, mereka punya energi, kreativitas, teknologi, dan pola pikir kritis untuk menantang budaya korupsi.

Kunci utama adalah integritas: jujur, konsisten, bertanggung jawab, adil, berani menolak suap, dan mandiri. Generasi muda dapat berperan dengan memulai dari diri sendiri (jujur, menolak pungli, hidup sederhana), meningkatkan kesadaran (belajar, berdiskusi, bergabung komunitas), memanfaatkan teknologi (media sosial, aplikasi transparansi), serta melakukan pengawasan partisipatif dan menjadi teladan.

Meski ada tantangan seperti budaya jalan pintas, tekanan ekonomi, dan rasa takut melapor, generasi muda tetap menjadi agen perubahan. Dengan integritas dan keberanian, Indonesia bebas korupsi bukan sekadar mimpi, tetapi tujuan yang bisa dicapai. unusa.ac.id 

Nama : Sabrina savira prameswari 

Prodi & Fakultas : K3 & Kesehatan 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumpah 16 Dokter, Unusa Siapkan Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)

resume day 1